Kilas Balik

Handiani Dandrajati
5 min readApr 19, 2018

--

Dua hari yang lalu, SNMPTN 2018 diumumkan. Tiba-tiba ingatanku membawaku terbang ke satu momen tak terlupakan dalam hidup. Ya, sudah bisa ditebak, apalagi kalau bukan pengumuman SNMPTN cuma taunnya agak lama ya, 2015. (heu udah tua juga yha)

Susah tidur, ngga doyan makan, dan badan panas dingin. Rasanya pikiran njelimet. Isi pikiran negatif semua.

“Kalo aku ga keterima, aku bilang apa ya ke mama papa?”

“Kalo aku ga keterima, nangisku berapa hari ya?”

Sebenernya nggak masalah sih kalopun nanti aku harus melalui sbmptn, karena kalau aku liat kakak kelas yang berhasil lolos perguruan tinggi lewat jalur sbmptn itu lebih tangguh. Konon katanya, orang2 yang terseleksi lewat jalur sbmptn masa tpbnya (tahap persiapan bersama) akan jauh lebih mudah dibanding dengan orang2 yang terseleksi snmptn.(dan aku merasakan hal ini sekarang wkwk) Tapi ya gitu, aku belum siap liat orang-orang terdekatku sedih ataupun kecewa, walaupun aku tau pasti orang’orang terdekatku nantinya akan mensupport dari dalam dan luar. Complicated banget lah pokoknya wkwk.

Kira-kira jam 3 pagi, aku baru bisa tidur. Jam 5 udah bangun lagi untuk sholat shubuh. Setelahnya, aku diajak temenku buat berenang. Haha, sepertinya temenku ini juga stress sih ga ada angin ga ada hujan kok ngajak berenang. Dan bener, pas sampai kolam renang, bukannya berenang, malah menggalau bersama XD. Ternyata kegalauan kami bener-bener sama, atau mungkin itu merupakan kegalauan sejuta umat di detik-detik pengumuman SNMPTN kali ya..

Oiya tentang pilihan, waktu itu aku memilih pilihan pertama dan kedua sama-sama ITB, dengan pilihan pertama Fakultas Teknologi Industri-Kampus Jatinangor (karena waktu itu aku ngincer jurusan Teknik Pangan yang merupakan pecahan dari Teknik Kimia, kebetulan jurusan baru ditempatkan di Kampus Jatinangor) dan pilihan kedua adalah FMIPA (waktu itu ngincernya jurusan Kimia karena sewaktu SMA lumayan seneng sama Kimia). Terus kalo temenku yang ngajak berenang ini milih Farmasi UGM sebagai satu-satunya pilihan. Sebenernya waktu kami tau kalo kami beda pilihan rasanya sedih banget sih. Awalnya dia ada keinginan buat daftar SITH-Rekayasa biar bareng-bareng di ITB Nangor, tapi sayangnya dia ga dibolehin ortunya jauh-jauh dari Solo, jadi yasudah kami harus LDR (btw, ini perempuan kok, namanya Fifi, wkwk)

Selesai berenang yang tidak berenang itu, kami ke sekolah. Kalau ga salah ngembalikan kartu perpustakaan. Suasana waktu itu entah kenapa bener-bener deg-degan. Takut kalo ternyata sekolah udah tau pengumumannya lebih dulu, terus kami denger-denger kabar burung. Tapi ternyata nggak ada sih. Jam 2 siang kami pulang ke rumah masing-masing. Pengumuman SNMPTN tepat jam 5 sore. Di rumah hanya ada aku dan mbok yem (yang bantu mama mengurusi urusan rumah). Eyang lagi di Jakarta. Mama waktu itu lagi di Jogja. Papa di Surabaya. Kakak-kakak semua mencar ga ada yang di Solo. Bener-bener kalut banget waktu itu. Kebetulan jam di rumahku berdentang tiap jam. Jadi ketika waktu menunjukkan angkat 5, akan ada bunyi dentangan selama 5 kali. Aku siap-siap buka laptop. Waduh inget banget, itu deg-degannya ga ada yang bisa ngalahin sih. Jantung rasanya kayak mau mencelat. Tangan juga rasanya susah banget buat ngeklik. Gemeteran. Kaki udah dinginnn banget. Setengah jam setelahnya, aku baru berhasil buka webnya, dan……. alhamdulillah lolos pilihan pertama.

Sujud syukur, lari ke kamar mbok yem, telpon mama papa kakak-kakak, waaa rasanya seneeeeng banget. Euforianya bener-bener kerasa. Liat keadaan sekitar rasanya kayak ada bunga-bunganya gitu kayak di sinetron-sinetron wkwk. Langsung aku tanya Fifi, dan alhamdulillah kami sama-sama lolos snmptn. Alhamdulillah….

Aku inget banget waktu telpon mama dan mengabarkan kalau aku lolos snmptn. Tidak seperti yang aku bayangkan..

Mama mengatakan “Iya dek alhamdulillah jangan lupa bersyukur, tapi inget dek, perjuangan akan semakin berat, adek harus tetap semangat, semua yang berlebihan itu ngga baik, euforia secukupnya saja, setelah itu kembali berikhtiar dan berdoa yaa..”

Masih tersimpan dalam email pribadi pengumuman snmptn itb 2015
Alumni IPA 4 Smansa (Kasmaji 15) yang kuliah di ITB

Dan benar, masa euforia-pun akhirnya cepat berlalu. Proses daftar ulang juga rasanya singkat sekali, kemudian tidak terasa masuk perkuliahan hari pertama. Sampai sekarang aku sudah di penghujung tingkat 3 dan dalam hitungan bulan akan sampai pada tingkat akhir.

Dan apa yang dikatakan mama benar. Perjuangan tidak pernah surut. Tingkatannya akan terus bertambah. Proses perjuangan sampai tingkat sekarang ini semakin menanjak dan berliku, baik akademik maupun non akademik. Mulai dari peralihan mata kuliah TPB ke jurusan, diklat lapangan oskm, ospek jurusan, pembuatan himpunan, praktikum yang semakin hectic, tugas besar, ujian serba mendadak,dan sebagainya. Amanah yang diberikan pun semakin lama semakin berat yang nantinya akan dipertanggungjawabkan. Apalagi sebagian besar biaya hidupku dibiayai oleh negara yang menurut sepengetahuanku sebagian dr uang negara berasal dari rakyat. MasyaAllah. Rasa lelah memang terasa semakin menggebu-gebu menyerang raga. Tapi yang perlu diingat bahwa semua ujian tidak akan pernah melampaui batas kemampuan. Ingat saja bahwa kita punya Allah yang jauh lebih besar dari ujian/permasalahan yang kita alami. Dan setiap masalah pada akhirnya mendewasakan setiap manusia.

Pertama kali mendapat jaket angkatan FTI 2015
Ospek jurusan (karena angkatan pertama maka kami masih dalam binaan himatek) dan masuk hari pertama di tingkat jurusan.

Ayo semangat! Kalau lupa untuk apa kita berada di tahap ini, ayo diingat lagi perjuangan dalam mencapai tahap ini. Bismillah!

Jatinangor, 19 April 2018

-Tulisan ini sebagai pengingat penulis untuk selalu berjuang.

--

--

No responses yet