Memandang Indonesia dari Dunia Luar
Setelah sekian abad vakum dari dunia tulis-menulis di medium, akhirnya hari ini niat tulus ikhlas itu muncul kembali.
Niat tulus ikhlas ini sebenernya didorong oleh kawan-kawan instagram yang tak bosan-bosannya menulis pesan via fitur DM IG ke saya dan request untuk menuliskan kegiatan saya selama seminggu di negeri orang.
Jadi begini ceritanya,
Berawal dari semester kemarin ada jarkoman tentang tawaran tour edukasi dari UPT Asrrama ITB ke dua negara berbeda, yaitu Malaysia dan Singapura. Tour edukasi ini ditujukan untuk pegawai asrama (staff asrama, asisten tutor, dan tutor asrama). Mungkin saya jelaskan dulu sebelumnya, kalau staff asrama berarti karyawan yang bekerja di UPT Asrama ITB, asisten tutor itu alumni mahasiswa ITB yang bekerja di UPT Asrama, salah satunya yang mendampingi para tutor dalam melaksanakan tugasnya , sedangkan tutor sendiri adalah Mahasiswa ITB yang bekerja di asrama untuk membantu para staff dan asisten dan berhubungan langsung dengan penghuni asrama. Saya termasuk tutor asrama ITB Jatinangor sehingga bisa mengikuti seleksi tour edukasi ini.
Seleksi tour edukasi ini ada beberapa tahap, yaitu menulis essay sebanyak 3 buah tentang biografi diri, kenapa ingin mengikuti program ini, dan apa harapannya setelah mengikuti program ini (tentunya diimplementasikan ke keadaan asrama saat ini), kemudian mengirimkan CV, dan wawancara dengan kepala UPT Asrama. Seleksi memakan waktu kurang lebih 2–3 minggu, dan terakhir adalah pengumuman lolos. Jumlah mahasiswa yang lolos seleksi ada 13 kemudian ditambah 8orang dari asisten dan karyawan sehingga 21 orang ini akhirnya berangkat ke Malaysia dan Singapura pada 9 Januari 2019–16 Januari 2019.
Kalau ditanya perasaan saya, walah senenge ora karuan (senang sekali). Mimpi apa saya bisa ke Malaysia dan Singapura sekaligus. Mimpi keluar negeri aja rasanya kayak mustahil gitu, apalagi saya anak biasa-biasa saja, jadi cita-cita saya keluar negeri ngga saya jadikan prioritas di waktu dekat ini, pikir saya nanti aja kalau udah kerja dan punya uang sendiri. Alhamdulillah Allah kasih saya kesempatan memandang dunia luar di masa saya masih menjadi mahasiswa. Maka dari itu, sebagai bentuk rasa syukur saya, saya jadikan cerita-cerita kegiatan saya disana menjadi tulisan yang mungkin dari situ sama-sama bisa diambil hikmah atau pelajaran untuk para pembaca.
Saya bersama 20 orang lainnya bertolak dari Indonesia ke Bandara Internasional Kuala Lumpur sekitar jam 1 siang. Sampai Kuala Lumpur kira-kira jam 5 sore (beda waktunya 1 jam lebih cepat Malaysia dibanding WIB). Namanya cah ndeso ya, belum pernah keluar negeri sama sekali, jadi liat bandara gedhene ora umum ini saya nggumun. Hahaha.. Rasanya untuk ke pintu keluar itu perjalanannya jauh sekali. Sampailah kami di pintu keluar bandara dan dijemput oleh beberapa Mahasiswa UPM (Universiti Putra Malaysia). Setelah berkenalan dan berbincang-bincang sebentar, akhirnya kami diantar dengan bas(bis dalam bahasa Malaysia) UPM menuju Asrama UPM. Selama di Malaysia kami tinggal disana. Sambutan dari mahasiswa UPM sangatlah baik, kami benar-benar dimuliakan sebagai tamu, padahal mereka sedang menjalani masa exam (ujian).
Ya, mahasiswa disini tidak masalah jika ada acara ketika masa exam berlangsung, karena mereka sudah belajar sejak jauh-jauh hari (mahasiswa macam saya yang belajarnya H-1 dan menerapkan sistem kebut semalam auto merasa tertampar XD). Sepanjang perjalanan dari Bandara Kuala Lumpur menuju kota Serdang (tempat UPM dan asramanya), kami melihat di sisi kiri dan kanan adalah perkebunan sawit. Tak heran jika produksi minyak sawit sangat penting bagi perekonomian Malaysia.
Selain itu, yang membuat aku terheran-heran adalah seluruh jalanan tampak seperti jalan tol namun bisa dilewati motor. Ternyata motor disini bisa masuk jalan tol tanpa harus membayar. Namun, motor di Malaysia sangatlah sedikit dan motor-motor disini kebanyakan adalah motor jaman dahulu kala (astrea dan semacamnya).
Perjalanan kurang lebih 1 jam, sampailah kami di kampus UPM. Wah, kampusnya sangatlah luas. Anggapan saya terhadap kampus Jatinangor yang sangat luas runtuh seketika. ITB Kampus Jatinangor ternyata tidak seberapa dibanding Kampus UPM. Perjalanan dilanjutkan menuju asrama kampus.
Setelah tiba di asrama KTDI, kemudian kami diarahkan ke kamar tamu.
Satu kamar dihuni oleh 7 orang. Satu kamar ini dilengkapi 7 kasur, 1 TV, 1 AC, 2 rak handuk, lemari baju, dan 1 kamar mandi dalam. Besoknya, kami tour kampus UPM.
Banyak sekali yang ingin saya ceritakan selama saya “menjadi mahasiswa UPM secara singkat” intinya, secara sistem banyak yang lebih terdepan di segala sisi, misal pengembalian buku perpus secara mandiri lewat book machine, terdapat ruang individu untuk orang-orang khususnya pascasarjana yang ingin belajar sendiri, dari sisi siaga bencana, semua tertata dengan rapih, semua ruang dilengkapi dengan petunjuk evakuasi, setiap koridor terdapat air isi ulang seperti yang ada di Salman, terdapat vending machine di setiap sudut lorong, dan yang terpenting membudayakan setiap mahasiswa untuk berkontribusi, artinya semua ilmu yang ia dapatkan bermanfaat di masyarakat, entah itu berbentuk sebuah alat atau makanan yang bisa dikonsumsi yang kemudian diberi hak paten , tidak hanya formalitas yang berujung laporan yang lama-lama lapuk di ruang TU. Mottonya “Contribute, contribute, contribute!” Keren!
Selain UPM, kami juga mengunjungi UiTM(Universiti Teknologi MARA). Kesan pertama yang aku dapatkan adalah sungguh, semua orang baik wakil rektor, dosen, staff, dan seluruh mahasiswa, sangat memuliakan tamu. Padahal saya dan kawan-kawan ya hanyalah mahasiswa, tapi kami disambut seakan-akan kami adalah pejabat penting dari negeri mana gitu, hehe terharu :” kami ditemani keliling-keliling kampus dan ke Putrajaya. Padahal, mereka lagi dalam masa exam juga.
Sebenernya masih banyak lagi pengalaman yang mau aku bagikan disini, tapi karena minggu ini sedang hectic-hecticnya rancang pabrik, jadi aku lanjutkan di post berikutnya aja. :D
*sebenernya ini belum siap post tapi udh lama ngendep di draft hehe (dari bulan Januari masa) , ak sharing aja dikit2 yaa..
Jatinangor, 6 Maret 2019
10.18 WIB