Memperbaiki hubungan

Handiani Dandrajati
2 min readApr 26, 2018

--

Tidak terasa hari ini merupakan hari terakhir perkuliahan semester 6. Artinya, selain ujian akhir semester sudah didepan mata dan kerja praktek tinggal menghitung hari, tingkat akhir akan segera ditempuh dalam waktu sesingkat-singkatnya (kurang lebih 4 bulan dari sekarang). Waktu terasa begitu cepat berlalu. Sebenarnya saya masih bingung, apakah memang waktu yang berlari begitu cepat bak pelari marathon yang mengelilingi lapangan sebanyak 6 putaran dalam waktu kurang dari 10 menit atau saya yang kurang menghargai waktu sehingga tiap detik, menit, dan jam saya lewati tanpa meninggalkan jejak-jejak berharga sekalipun?

Entahlah.. tapi begitu yang saya rasakan. Terlalu banyak waktu-waktu senggang yang saya sia-siakan, sehingga hanya tersisa momen-momen penting yang dapat saya ambil hikmahnya. Bahkan untuk beberapa momen, saya hanya merasakan lelah berakhir keluhan yang tak berujung. Begitu juga dengan rasa percaya diri yang semakin menurun seiring bertambahnya waktu.

Sebenarnya, apa sih penyebabnya?

Kemarin, saya bersama beberapa rekan saya dalam satu organisasi kampus berkunjung ke kampus lain untuk belajar mengenai bagaimana mengatur koordinasi dalam suatu organisasi. Alhamdulillah, ternyata yang saya dapat lebih dari itu.

Saya belajar bahwa sebelum saya melakukan suatu hal yang dampaknya besar (bukan untuk diri saya sendiri saja), sebaiknya saya harus benar-benar memperbaiki diri saya sendiri.

Bagaimana caranya?

Caranya adalah dengan memperbaiki hubungan saya dengan Allah. Yaitu, dengan mengistiqomahkan amalan-amalan yaumiah dan juga berbuat kebaikan yang orientasinya LILLAH! Hanya satu, karena Allah!

Hal tersebut yang menjadi bahan bakar kita dalam menorehkan kebermanfaatan kepada sesama.

Sebenernya selama ini saya tahu mengenai amalan yaumiah. Ya, sekedar hanya tahu saja tanpa melakukannya dengan sebenar-benarnya (hanya memenuhi isian kertas amalan saja tanpa tau apa esensi sebenarnya) hingga pada akhirnya berujung bolong-bolong alias tidak istiqomah. Seperti belajar hanya karena ingin bisa saat mengerjakan ujian saja, tidak paham konsep, setelah ujian, hilang semua ilmunya.

Dan itu semua kalau dikerucutkan, penyebabnya satu, yaitu tidak melakukannya karena Allah.

Astaghfirullah, begitu pentingnya urusan duniamu Di, sampai-sampai kau junjung tinggi jauh diatas urusan akhiratmu. -kata lubuk hati yang terdalam

Padahal urusan dunia akan menjadi rapih dan tidak keteteran kalau saya bisa mengatur hubungan saya sama Allah dengan baik.

Lagi, saya belajar bagaimana cara menyatukan frame banyak kepala dalam satu organisasi.

Bagaimana caranya?

Caranya samakan orientasi dan tujuan, lagi-lagi yaitu LILLAH! Kalau sudah sama-sama Lillah, perjuangan yang ditanggung bersama-bersama tidak akan terasa lelah yang sia-sia. Ketika sudah saling memasuki titik jenuh, kembali saling mengingatkan apa yang menjadi orientasi atau tujuan dalam melakukan hal tersebut. Lillah? Maka lanjutkan saja, karena perjuanganmu akan selalu menjadi benih-benih kebaikan yang ditanamkan di akhirat kelak.

Kalau sudah Lillah, mau ngapain aja juga nikmat. Tidak lagi berat untuk berangkat kumpul, tidak lagi sembunyi-sembunyi kalau ada sesuatu di grup, tidak lagi ingin lenyap dari permukaan bumi. Semua berjalan dengan tenang karena sudah sama-sama paham bahwa apa yang dilakukan akan menimbulkan keberkahan-keberkahan yang luar biasa.

Jadi, sudahkah kamu meniatkan apa yang akan kamu lakukan karena Allah?

Jatinangor, 27 April 2018

6.11 WIB

--

--

No responses yet