Ragu.
kan ada Allah
Seringkali aku merasa sangat yakin dengan apa yang menjadi mimpiku kala itu. Rasa menggebu-gebupun memuncak diikuti dengan mencari secarik kertas kemudian kutuliskan dengan tinta hitam yang tebal “Semangat, Dian ! 20XX menjadi xxxxx”. Tak cukup sampai disitu, semua buku yang aku punya, notes dalam smartphone kutuliskan hal yang sama, kemudian bercerita dengan sahabat terdekat bahwa Dian pada tahun 20xx akan menjadi xxxxx.
Namun, tak jarang, hanya selang beberapa hari setelah itu, aku tak lagi percaya dengan mimpiku. Aku mulai ragu dengan apa yang aku upayakan selama ini. Aku tak lagi menginginkan apa yang menjadi inginku. Itu karena orang-orang sekitar yang ragu atas apa yang menjadi mimpiku kala itu.
“Yan,kayaknya jangan deh kalo jadi xxxxx, susah-susah kuliah begini mendingan xxxxx lah”
“Di, sumpah kamu bakalan jadi ini? Jangan deh, coba jadi xxxxxx aja, kamu lebih cocok jadi itu daripada cuman begitu doang Di”
Alasan yang terucap dari mulut mereka sukses meretakkan satu per satu bagian dinding mimpiku.
Aku, sepertinya memang tidak ditakdirkan menjadi mimpiku.
- pikirku kala itu
Sampai pada satu masa dimana aku sadar bahwa aku tidak lagi membutuhkan penilaian dari mereka.
Aku tidak lagi membutuhkan pendapat mereka yang sanggup merobohkan dinding impianku.
Aku hanya butuh Allah.
Aku percaya setiap orang punya jalannya masing-masing. Aku juga percaya kadar sukses satu orang dengan orang lain itu berbeda. Aku adalah diriku. Aku punya pilihan atas apa yang akan aku jalani. Asal tidak melewati batas koridor yang Allah tetapkan dan tidak mengecewakan kedua orang tua, maka aku berhak untuk menentukan apa yang akan menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Bukankah ini alasan mengapa kita dianjurkan untuk menjadi dewasa? Agar bisa memaknai kehidupannya, kan?
Aku, hanya butuh Allah untuk menjadikan sesuatu yang mustahil menurut penilaian manusia. Allah sudah lebih dari cukup. Hanya Allah sebaik-baiknya penolong. Atas izin Allah, maka tidak ada yang tidak mungkin terjadi di dunia ini. Cukup Allah sebaik-baiknya penolong dan mewujudkan mimpi hamba-hambaNya.
Jarum jam menunjukkan angka tiga, pertanda sang fajar akan segera datang. Kupupuk kembali semangat yang pernah lenyap dalam palung keraguan. Semoga Allah senantiasa menguatkan batin hamba-hambaNya yang mulai rapuh dalam asa.
Jatinangor, 6 Februari 2018
03.00 WIB