Short Trip to Museum MACAN (Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara)

Handiani Dandrajati
5 min readDec 31, 2017

--

Kamis, 18 Desember 2017

Ibu kota kala itu sedang sangat cerah. Aku dan partner mendaki gunung Manglayang , Adeline, memutuskan untuk jalan-jalan ke museum MACAN yang kabarnya baru dibuka satu bulan yang lalu dan langsung menjadi salah satu destinasi favorit selama liburan akhir tahun ini.

Pukul 09.30 WIB, kami tiba di museum MACAN. Kesan pertama, kami sangat terpesona dengan desain minimalis dengan memadukan warna monokrom yang menjadikannya terlihat simple but elegant.

Selasar Museum MACAN
Toko souvernir Museum MACAN

Museum MACAN adalah institusi pertama yang memberikan akses public terhadap koleksi seni modern dan kontemporer Indonesia dan Internasional yang terus berkembang.

Museum ini memiliki program berkelanjutan berupa pameran dan aktivitas seni dalam fasilitas seluas 4000 meter persegi yang mencakup area penddikan dan konservasi.

Museum tersebut berkomitmen untuk membuat seni mudah diakses public luas dan sebagai sarana edukasi

Ruang antri tiket masuk museum MACAN

Museum MACAN terletak di AKR Tower lantai MM, Jalan Panjang №5 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Buka tiap hari Selasa — Minggu pukul 10.00–19.00 WIB. Jadi, museum ini tutup di hari senin dan di hari libur nasional. Untuk tiket masuknya, harus merogoh kocek lumayan dalam, yaitu 50 ribu rupiah. Tapi tenang, bagi kalian yang memiliki kartu pelajar atau kartu mahasiswa, akan mendapat diskon 10 ribu rupiah, jadi 40 ribu rupiah saja. Worth it kok gengs.

Ketika kami sampai, antrian sudah mengular, padahal waktu belum menunjukkan pukul 10.00. Terlihat antusiasme masyarakat terhadap museum kini mulai meningkat. Tak jarang banyak orang yang membawa kamera karena memang museum ini sangat apik untuk dijadikan tempat berfoto-foto.Aturan di museum tersebut bisa dibilang cukup ketat. Kami dilarang membawa tas kecuali tas selempang kecil yang hanya bisa memuat dompet dan hp, selain itu harus dititipkan ke petugas. Sebelum masuk ke museum, tas selempang satu per satu dicek oleh petugas. Pukul 10.15 ,kami masuk ke dalam museum. Oiya, kami termasuk dalam kloter 1 yaitu jam berkunjung pukul 10.00–12.00 (2 jam). Kloter selanjutnya di 2 jam selanjutnya.

Ketika di dalam museum, kami langsung tertarik dengan infinity box. Untuk masuk ke dalam infinity box, kami harus mengantri kembali. Dan untuk masuk ke dalam box tersebut hanya diberi waktu selama 45 detik. Dan alhasil…..

Blur

Kami keyos wkwk. Intinya ruangan tersebut dipenuhi dengan dinding kaca dengan lampu gantung seperti lampion kecil berwarna-warni. Dan perekam gambar yang paling apik ya hanyalah dengan mata kami. Ketika kami mencoba memotretnya tidak sebagus dengan apa yang kita lihat (eh wait, apa karena kamera hp kami yang pas-pasan ya? XD)

Setelah 45 detik kami menikmati infinity box, kami lanjut melihat-lihat lukisan. Mataku langsung tertuju pada lukisan bertema “Kemerdekaan dan Setelahnya”

Segmen Kemerdekaan dan Setelahnya

Di segmen ini, terdapat tiga lukisan, namun sayang aku hanya berhasil mengabadikan 2 lukisan, dikarenakan kamera hpku tiba-tiba error ketika akan memotret lukisan terakhir.

Lukisan pertama bejudul ngaso karya S. Sudjojono (1964)

Ngaso (1964), berarti istirahat. Pada lukisan tersebut, S.Sudjojono menggambarkan delapan laskar pejuang sedang bersantai dalam reruntuhan bangunan. Lukisan ini mengenang pada masa awal pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, ketika negara sedang berjuang mempertahankan kedaulatan dari Belanda yang berusaha merebut kembali wilayah dari Indonesia melalui konflik senjata. Periode ini disebut Revolusi Nasional Indonesia tahun 1945–1949.

Pada tahun 1945, seniman berangkat dari Jakarta untuk menghadiri Kongres Pemuda I di Yogyakarta bersama dengan rekan-rekan revolusioner anti-Belanda dari kelompok “Menteng 31”. Kemudian di tengah perjalanannya, mereka singgah di markas Angkatan Pemuda Indonesia yang berlokasi di Cikampek, yag merupakan wilayah strategis untuk dilaksanakan pertempuran antara milisi lokal dan pasukan Belanda yang kala itu didukung oleh Inggris.Pelukis S. Sudjojono singgah selama 2 minggu dan merekam peristiwa disekitar markas tersebut. S. Sudjojono dan seniman lain sangat terlibar dalam peristiwa politik dan konflik bersenjata di seputar kemerdekaan Indonesia.

“Bung Karno di tengah perang revolusi” karya Dulah (1966)

Lukisan ini menggambarkan tentang presiden pertama Indonesia di antara para pejuang kemerdekaan. Soekarno memimpin Indonesia melewati masa revolusi dari 1945–1949.

Lukisan ini menceritakan tentang pidato bersejarah Soekarno di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA) di Jakarta pada 19 September 1945, dimana ribuan orang berkumpul di belakang presiden yang belum lama dilantik meskipun di bawah pengawasan ketat tentara Jepang. Lukisan ini tidak hanya menunjukkan simpati seniman pada Soekarno, tetapi juga menjadi pengingat bagi rakyat Indonesia untuk tetap bersatu padu dalam kondisi apapun.

Selain lukisan mengenai kemerdekaan, masih banyak lagi lukisan karya seni modern kontemporer Indonesia dan Internasional dari abad ke-19 hinga kini.

Ada quotes-quotes menarik
Menuju puncak gemilang cahaya
Masih banyak lagi lukisan-lukisan yang memikat hati

Karya-karya yang dipamerkan dalam museum ini menunjukkan bagaimana seniman menggambarkan masa kehidupannya dan bagaimana mereka menjadikan seni sebagai cara masyarakat untuk melihat dunia sekitarnya dengan perspektif yang berbeda.

Pameran ini dibagi menjadi empat bagian utama. Bagian yang pertama adalah tentang bumi, kampung halaman, manusia, bagian kedua tentang kemerdekaan dan setelahnya, bagian ketiga tentang pergulatan seputar bentuk dan isi, dan bagian terakhir tentang racikan global.

Aku dan Adeline tersenyum setelah kekeyosan mencari orang buat ngefoto.

Setelah waktu menunjukkan pukul 12.00, kami menuju pintu keluar. Menurutku, museum MACAN ini sangat cocok untuk mengisi liburan kids jaman now karena selain bisa menambah wawasan mengenai zaman kemerdekaan dan seni secara umum, kalian juga bisa menyalurkan hobi fotografi.

Surabaya, 31 Desember 2017

9.19 AM

--

--

No responses yet