Tentang jatuh dan gagal

Handiani Dandrajati
2 min readJun 26, 2019

--

…..(katanya semua pernah mengalami).

Saat tulisan ini dibuat, si penulis masih menangisi keadaannya dan berkata “jatuh itu sakit juga, ya?”

Tentang kegagalan, kata orang, setidaknya sudah mencicipi satu kegagalan terbesar dalam hidup.

Gagal, kemudian jatuh. Fase lumrah dalam hidup. Namun, ketika hal itu terjadi, respon awal pasti sedih dan kecewa. Kantong penyimpan air mata rasanya sampai kesulitan memasok air darimana lagi, nangis terus ga berhenti-henti. Katanya itu juga wajar. Sedih dan kecewa menjadi lengkap dan sempurna ketika tau teman-teman seperjuangannya lolos dan menikmati masa euforianya.

Respon kedua yang menjadi pembeda antara satu manusia dengan manusia lainnya. Tentang pilihan. Apakah dia tetap memilih jatuh tersungkur atau perlahan-lahan merangkak mencari pegangan kemudian bangkit dan berdiri tegak. Iya, itu pilihan.

Dan aku, mencoba memilih pilihan kedua.

Berat? Sangat! Apalagi masih anget-angetnya begini. Ingin hilang dari dunia untuk sementara. Tidak ingin bertemu siapapun kecuali orang-orang tertentu. Kata-kata semangat dari orang-orang terdekat kadang masih suka terkonversi menjadi kata-kata hinaan.

Tapi, aku tersadar. Ini hidup Allah yang beri. Setiap langkah kehidupan, ada makna indah tersirat yang sengaja diberikan Allah untuk orang-orang tertentu. Tentunya, untuk pembelajaran berikutnya agar aku tak salah langkah. Istilahnya, dipapah sama Allah agar pijakan yang aku pilih tidak membuatku terjatuh lagi. Sungguh Allah Maha Baik. Allah memilih aku agar aku tak lagi memilih malas sebagai jalan ninjaku. Allah mengizinkanku hari ini untuk berani menghadapi kenyataan, memaknai segala yang terjadi dalam hidup, bersyukur lebih banyak, dan bekerja lebih giat. Allah memilih aku untuk menjadi pejuang tangguh tak mudah runtuh. Dan aku yakin Allah sedang membuatku percaya bahwa kemampuanku bisa jauh lebih dari ini. Dan Allah sedang menyiapkan hal-hal indah disana yang tentunya untuk bisa kesana Allah siapkan jalan yang mungkin sekarang aku anggap tidak mudah namun sarat akan hikmah dan pembelajaran yang tidak semua orang bisa dapat.

Allah juga Maha Baik. Menghadirkan orang-orang sekitar yang begitu hangat dan baik. Walaupun sekarang aku masih dalam kondisi belum bisa menerima kata-kata semangat, namun aku sesungguhnya sangat bersyukur Allah menitipkan kalian untuk menjadi pelipur lara bagiku.

Tulisan ini sudah mencapai akhir, but still it hurts, then life must go on.

-dari aku yang memilih untuk bangkit dan tetap semangat untuk terus belajar di awal aku menginjak umur 22 th.

Bandung, 27 Juni 2019

--

--

No responses yet